Diteriaki Pungli, Iuran Rp267 Ribu SMPN 19 Kota Bengkulu Batal, Komite dan Kepsek Ngaku Tidak Terlibat
DUDUK: Para Wali Siswa SMPN 19 Kota Bengkulu sedang duduk dalam musyawarah kemarin, 25 Januari 2025. WEST JER TOURINDO/RB--
"Kita sudah datangi SMP Negeri 19 Kota Bengkulu untuk memastikan dugaan pungli pembangunan gedung dan lapangan itu terjadi atau tidak. Setelah ke sana dan memanggil semua pihak, dan memang tidak ada unsur pungli. Sebab timbul iuran tersebut atas inisiatif dari pihak komite, bukan dari pihak sekolah," ungkap Gunawan.
Dari hasil mendatangi langsung sekolah tersebut pula, Gunawan menilai komite tidak bijak dengan merencanakan iuran sebesar Rp267 ribu terhadap siswa.
"Untuk kasus ini kami anggap pihak komite tidak bijak dalam membuat rencana. Sebab mereka tidak melihat secara keseluruhan, jika mau iuran maka harus lihat ekonomi yang diambil iuran," jelas Gunawan.
Gunawan tidak melarang rencana komite untuk membantu sekolah, namun jika dalam rencana bantuan sekolah melibatkan wali siswa apalagi adanya iuran harus diputuskan bersama.
Gunawan menegaskan untuk SMP lain yang ada di Kota Bengkulu agar belajar dari kasus yang sedang mencuat di SMPN 19. Bahwa jika terbukti ada pungli akan ditindak tegas.
Sementara, Kepala SMPN 19 Kota Bengkulu Lia Anggraini, S.Pd, menepis adanya praktik pungli di sekolah, ia menyebut ada kesalahpahaman.
Lia menjelaskan bahwa adanya informasi tetang pungli yang terjadi di SMPN 19 merupakan hal yang tidak benar.
“Silakan dicek lapangan bahwa tidak ada pungli di SMPN 19 Kota Bengkulu. Itu sebenarnya miskomunikasi antara wali siswa dan paguyuban,” ungkapnya.
Lia menuturkan kronologis awal pada Jumat, 17 Januari 2024 lalu, saat memanggil perwakilan paguyuban di SMPN 19 Kota Bengkulu dan komite.
Untuk membahas program sekolah seperti anak Indonesia Hebat dan sosialisasi penutupan gerbang pada pukul 07.20 WIB.
“Itu yang saya sosialisasikan, kenapa saya tidak undang seluruh wali siswa karena sayakan mau sosialisasi program sekolah itu,” ujarnya.
Namun setelah sosialisasi program sekolah tersebut selesai, para paguyuban meminta ruang untuk membahas hal-hal terkait sekolah dan ia mengakui tidak mengikuti jalannya pembahasan tersebut dan meninggalkan ruangan untuk melakukan pekerjaan sekolah.
“Untuk proses itu saya tidak terlibat sama sekali, namun saya mendapatkan usul dari mereka kalau ingin memperbaiki halaman supaya tidak banjir dan itu baru rencana,” ungkap Lia.
Ia menerangkan bahwa penyampaian salah satu paguyuban di dalam grub WhatsApp (WA) wali siswa yang kurang tepat sehingga menyebabkan ranggapan bahwa pengusulan itu sudah ditetapkan.
“Jadi penyampaian yang kurang tepat. Sehingga membuat wali siswa itu merasa itu sudah ditetapkan padahal itukan baru rencana,” sambungnya.