Temuan mengejutkan ini terungkap pertama kali pada 10 Maret 2025 di Pasar Bang Mego, di mana 2 sampel kerupuk merah diduga kuat mengandung Rhodamin B.
BACA JUGA:Optimis Menang Kasasi, Kaki Tangan Mantri BRI Segera Sidang, Menanti Jilid III
BACA JUGA:Bank Indonesia-Media Dukung Stabilitas Pertumbuhan Ekonomi Berkualitas
Kemudian, Pasar Atas Curup, 14 Maret 2025 di mana tiga sampel kerupuk merah juga ditemukan positif mengandung Rhodamin B.
"Selanjutnya, 20 Maret 2025, satu sampel kerupuk merah yang dijual di Pasar Tempel Rejo juga terdeteksi mengandung zat yang sama," beber Kepala Loka POM Rejang Lebong, Pupa Feshirawan Putra,
Lebih lanjut, Pupa menerangkan, zat Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang seharusnya tidak digunakan dalam produk pangan karena sifatnya yang sangat berbahaya bagi kesehatan.
"Pewarna ini biasanya digunakan dalam industri tekstil untuk mewarnai pakaian, tetapi dalam beberapa kasus," ungkap Pupa.
BACA JUGA:4 Pabrik Sawit di Bengkulu Tengah Tutup Selama Libur Lebaran, TBS Menumpuk di Pabrik
BACA JUGA:Disiapkan Lahan 5 Hektare Untuk Pembangunan Sekolah Rakyat dari Tingkat SD Hingga SMA Beserta Asrama
Pupa juga menerangkan, Rhodamin B mengandung unsur klorin (Cl) yang merupakan senyawa halogen yang tidak hanya berbahaya, tetapi juga sangat reaktif.
Ketika zat ini masuk ke dalam tubuh manusia, klorin akan berusaha menstabilkan dirinya dengan cara mengikat senyawa lain di dalam tubuh.
Proses ini dapat menyebabkan kerusakan pada organ tubuh karena senyawa-senyawa yang terikat menjadi tidak berfungsi dengan baik. "Akibatnya, proses metabolisme tubuh terganggu, yang pada akhirnya dapat mengarah pada berbagai gangguan kesehatan jangka panjang," ujar Pupa.
Pupa mengatakan, paling buruk Rhodamin B merusak berbagai komponen penting dalam tubuh, seperti DNA, lemak, dan protein.
BACA JUGA:Bengkulu Tengah Dapat Tambahan Kuota Gas Elpiji 3 Kg 10 Ribu Tabung
BACA JUGA:Baru Satu OPD Ajukan Pencairan Gaji Tenaga Honorer, Tunggu Hasil Pergeseran Anggaran
"Hal ini menyebabkan kerusakan pada sel-sel tubuh dan dapat berkontribusi pada pengembangan berbagai penyakit kronis, termasuk kanker," kata Pupa.