Pastikan Takjil Aman Dikonsumsi, BPOM Lakukan Uji Sampling

TAKJIL: Salah satu pedangang takjil saat menggelar dagangannya.--RENO/RB
BENGKULU, KORANRB.ID – Memastikan takjil atau kudapan berbuka puasa aman dikonsumsi, Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Bengkulu, menggandeng Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Bengkulu.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bengkulu, Karmawanto, M.Pd menerangkan dalam perayaan bulan suci Ramadan, banyak ditemui pasar kaget atau bazar-bazar yang menjual makanan menu berbuka puasa alias takjil.
“Tentunya kita sambut secara positif, selain turut meramaikan bulan suci Ramadan juga diharapkan dapat meningkatkan perekonomian pelaku usaha lokal,” terangnya.
Untuk memastikan bahan olahan dan makanan tersebut aman untuk dikonsumsi masyarakat, maka diperlukan pengawasan.
BACA JUGA:Sudah Ada Spanduk Larangan, Sampah Tetap Penuhi Jembatan Rawa Makmur
Sehingga masyarakat dapat dengan nikmat menyantap menu berbuka puasa.
“Kita dukung pengawasan dan pengambilan sampel yang dilakukan oleh BPOM Bengkulu untuk menjamin menu berbuka puasa masyarakat aman untuk dikonsumsi,” terang Karmawanto.
Ditambahkan, Kepala BPOM Bengkulu, Yogi Abaso Mataram, S.Si, Apt mengukapkan bahwa saat ini, ia bersama tim pengawasan obat dan makanan telah bergerak mengambil sampel makanan atau takjil yang diperdagangkan oleh sejumlah pelaku usaha di Provinsi Bengkulu.
“Kita sudah mulai bergerak, mengambil sampel untuk diuji lebih jauh, untuk memastikan makanan yang diperjualbelikan selama Ramadan ini aman untuk dikonsumsi masyarakat,” ucapnya.
BACA JUGA:Air Bersih PDAM Kepahiang Jangan Lagi Ngadat Selama Ramadan
Ia menyebutkan target sampel tersebut sama dengan target yang dilakukan pada pengambilan sampel makanan pada 2024 lalu sebanyak 700 sample di Provinsi Bengkulu.
Proses dari pengambilan sample tersebut akan dilakukan selama 10 hari, dengan rincian 1 hari dilakukan pengambilan di 1 kabupaten di Provinsi Bengkulu, dimulai dari Kota Bengkulu dan seterusnya.
Pengambilan sample tersebut juga dilakukan hanya mengambil pada makanan yang memiliki risiko pewarna, risiko bahan berbahaya dan risiko pengawet.
“Jadi tidak semua sampel yang kami ambil, hanya beberapa sampel yang berisiko saja,” terangnya.