Transaksi Perdagangan Aset Kripto Capai Rp650,61 Triliun, Terdaftar 11 PFAK dan 19 Calon PFAK

Kepala Bappebti, Tirta Karma Senjaya.-foto: kemendag/koranrb.id-

KORANRB.ID – Total transaksi perdagangan aset kripto di Indonesia cukup fantastis. Sepanjang tahun 2024, nilai transaksi aset kripto mencapai Rp650,61 triliun.

Total transaksi tersebut atau naik sebesar 335,91 persen dari 2023 yang hanya  sebesar  Rp149,25  triliun.

Sementara jumlah  pelanggan  aset  kripto  hingga Desember  2024  mencapai  22,91  juta  pelanggan. Sedangkan Jumlah  Pedagang  Fisik  Aset  Kripto  (PFAK) yang telah terdaftar di Bappebti sebanyak 11 PFAK dan 19 calon pedagang fisik aset kripto (CPFAK) yang telah  memiliki  Surat  Persetujuan  Anggota  Bursa  (SPAB).

Selain itu Surat  Persetujuan  Anggota  Kliring (SPAK)  sedang  berproses  menjadi  PFAK.  Walaupun  saat  peralihan  per  10  Januari  2025  sudah tercatat sebanyak 16 PFAK.

Hal ini disampaikan Kepala Bappebti, Tirta Karma Senjaya  dalam   konferensi   pers Capaian  Kinerja  Bappebti  tahun 2024  dan  Langkah  Strategis  2025  di  Tangerang  Selatan,  Jumat, 24 Januari 2025 dilansir dari laman kemendag.go.id.

BACA JUGA:Rugikan Warga, STuEB Desak Pemerintah Matikan PLTU Batu Bara

BACA JUGA: 3 Dapur Dicek Jelang Pelaksanaan Program MBG di Bengkulu

Tirta juga menyampaikan Badan  Pengawas  Perdagangan  Berjangka Komoditi  (Bappebti) berkomitmen memperkuat Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK)  sebagai instrumen  penguatan  perdagangan komoditas  unggulan  Indonesia  melalui  pembentukan  harga acuan.

“Bappebti berkomitmen  terus  meningkatkan  kinerja  di  setiap  sektor  terkait.  Komitmen  ini  menjadi  langkah strategis  Bappebti  dalam  menghadapi  berbagai  tantangan  perdagangan,  baik  di  tataran  global maupun dalam negeri,” jelas Tirta.

Tirta juga menegaskan Bappebti berkomitmen  menyukseskan  arahan  Presiden  RI  untuk  program swasembada  pangan,  swasembada  energi,  dan  hilirisasi.  Selain  itu  juga  tentu  menyukseskan  tiga program  kerja  Menteri  Perdagangan  dalam  pengamanan  pasar  dalam  negeri,  memperluas  pasar ekspor,  dan  UMKM  Bisa  Ekspor,  yang  dapat  memicu  pertumbuhan  ekonomi  nasional  yang berkelanjutan dan produk lokal yang berdaya saing.

Tantangan  lain,  lanjut  Tirta,  adalah  adanya  peralihan  kewenangan  pengaturan  dan  pengawasan aset  kripto  dan  derivatif  keuangan  dari  Bappebti  ke  Otoritas  Jasa  Keuangan (OJK)  Pengawas Inovasi  Teknologi  Sektor  Keuangan  (IAKD),  Aset  Keuangan  Digital,  dan  Aset  Kripto;  Derivatif Keuangan  yaitu  Indeks  Saham  dan Single  Stockdari  Bappebti  ke  OJK  Pengawas  Pasar  Modal, Keuangan  Derivatif  (PMDK),  dan  Bursa  Karbon;  serta  derivatif  pasar  uang  dan  pasar  valuta  asing (PUVA) atau Forex dari Bappebti ke Bank Indonesia.

BACA JUGA:Walhi Desak Satgas Penertiban Kawasan Hutan Segera Turun ke Mukomuko

BACA JUGA:Forum CSR Bengkulu Segera Dibentuk

Hal ini membuat Rencana Strategis Bappebti lima  tahun  ke  depan  harus  dilakukan  sedikit refresh dan  fokus  pada  penguatan perdagangan berbasis komoditas.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan