Tentunya hal tersebut membuat penyerapan gabah tidak bisa dilakukan maksimal.
Masyarakat setempat hanya melepas hasil panen pada situasi yang mendesak saja, dan yang terjadi, angka serapan gabah didaerah tersebut sangat minim.
BACA JUGA:2 Kali Perpanjangan, Pembangunan RS Pratama di Desa Sumber Harapan Kecamatan Nasal Akhirnya Rampung
BACA JUGA:Rice Tak Percaya Cetak Brace ke Gawang Madrid: Peluang Besar ke Semifinal Liga Champions
“Menurut informasi dari Dinas Pertanian, masyarakat di sana (Kaur, red) cenderung menyimpan hasil panen mereka sendiri. Mereka memiliki lumbung dan baru akan melepas gabah jika ada kebutuhan mendesak, misalnya saat anak-anak mereka masuk sekolah,” ujar Dody.
Meskipun demikian, Dody menyebutkan Perum Bulog Bengkulu terus berupaya menjalin komunikasi bersama pemerintah kabupaten dan stekholder terkait serta petani dan kelompok tani lokal untuk mendorong penyerapan yang lebih optimal.
“Strategi jemput bola serta pendekatan melalui kerja sama dengan stakeholder daerah terus diintensifkan. Kami optimis bisa mengejar kekurangan yang ada. Dengan dukungan semua pihak, target nasional bisa tercapai, dan Bengkulu akan tetap menjadi bagian penting dalam menjaga ketahanan pangan nasional,” pungkas Dody.