Menyiapkan Masa Depan dengan Pendidikan Berkesinambungan Melalui Sistem Penjurusan

Prof. Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd. (Guru Besar Bidang Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara)--

Oleh : Prof. Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd.

(Guru Besar Bidang Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara)

PENGEMBALIAN sistem jurusan di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) menjadi langkah strategis yang patut didukung. Sebelum diberlakukannya Kurikulum Merdeka pada periode Menteri Pendidikan Nadiem Makarim, sistem jurusan—seperti IPA, IPS, dan Bahasa—telah lama menjadi bagian dari struktur pendidikan menengah di Indonesia.

Jurusan ini membekali siswa dengan dasar keilmuan yang terarah untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan tinggi atau memasuki dunia kerja. 

Secara sosiologis dan psikologis, struktur jurusan bukan hanya berfungsi untuk mengelompokkan mata pelajaran, tetapi juga memainkan peran penting dalam membentuk identitas akademik siswa sejak dini.

Namun, melalui Kurikulum Merdeka, konsep jurusan dirombak. Siswa diberikan keleluasaan memilih mata pelajaran lintas bidang, tanpa sekat jurusan formal. Pendekatan ini bertujuan memberikan fleksibilitas agar siswa dapat mengeksplorasi minat mereka lebih bebas.

BACA JUGA:Polda Bengkulu Mutasi 9 Perwira, Ini Daftarnya

Sayangnya, dalam praktiknya, banyak siswa justru mengalami kebingungan arah, karena kurangnya struktur pembimbing dalam membangun kompetensi akademik yang berkelanjutan.

Dalam konteks keberlanjutan pendidikan antar jenjang, struktur jurusan berperan penting. Konsep curriculum alignment (Popham, 2004) menekankan pentingnya keselarasan kurikulum antar tingkat pendidikan untuk memastikan lulusan SMA siap melanjutkan ke perguruan tinggi sesuai bidang yang diminatinya.

Jurusan membantu siswa membangun kompetensi akademik yang fokus, bukan sekadar kumpulan pilihan mata pelajaran acak.

Teori tugas perkembangan (Havighurst) juga menunjukkan bahwa usia remaja adalah masa kritis dalam membuat pilihan akademik dan karier.

Memberikan arah melalui jurusan membantu siswa menjalani tugas perkembangan ini dengan lebih terstruktur, menghindari ketidakpastian yang justru dapat membingungkan mereka dalam menentukan masa depan.

BACA JUGA:Menilik 4 Hewan Asli Indonesia yang Sering Diasosiasikan dengan hal Mistis

Lebih jauh, pengembalian sistem jurusan sejalan dengan prinsip policy coherence for sustainable development (OECD, 2015), di mana pendidikan harus dirancang sebagai jalur berkesinambungan dari tingkat dasar hingga tinggi, mendukung pengembangan sumber daya manusia yang kompeten dan siap menghadapi tantangan global.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan