Menyiapkan Masa Depan dengan Pendidikan Berkesinambungan Melalui Sistem Penjurusan

Prof. Dr. Emilda Sulasmi, M.Pd. (Guru Besar Bidang Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara)--
Namun, tantangan dari sistem jurusan sebelumnya perlu menjadi pelajaran. Salah satu kritik utama adalah ketidakmerataan fasilitas pendukung pendidikan.
Selama ini, laboratorium dan sarana praktik lebih terfokus pada jurusan IPA, sementara jurusan IPS dan Bahasa seringkali kekurangan laboratorium yang relevan, seperti laboratorium ekonomi, laboratorium geografi, ataupun laboratorium bahasa.
Dengan demikian, penulis perlu mengingatkan beberapa hal terkait dengan hal ini, Pertama, penyediaan fasilitas laboratorium untuk semua jurusan perlu menjadi prioritas.
Jurusan IPS membutuhkan laboratorium sosial yang mendukung simulasi ekonomi, analisis sosial, dan teknologi geospasial. Jurusan Bahasa membutuhkan laboratorium bahasa modern yang interaktif untuk mendukung kompetensi komunikasi lintas budaya.
BACA JUGA:Pastikan Layanan Listrik Aman dan Stabil, Ini yang Dilakukan PLN ULP Manna
Kemudian perspektif kebutuhan dunia kerja dan pendidikan tinggi, pengembalian jurusan akan memperjelas jalur pengembangan kompetensi. Dunia profesional mengutamakan spesialisasi, bukan generalisasi setengah matang.
Dengan jurusan yang jelas, siswa dipersiapkan untuk mendalami bidang tertentu secara lebih serius dan berkesinambungan, memperkuat daya saing mereka saat melanjutkan ke jenjang universitas atau dunia kerja.
Kedua, fleksibilitas terbatas perlu diterapkan, sehingga siswa dalam satu jurusan tetap dapat mengambil beberapa mata pelajaran dari jurusan lain untuk memperluas wawasan, tanpa kehilangan fokus utama.
Pendekatan bebas lintas minat dalam Kurikulum Merdeka, meskipun memberikan kebebasan, dalam praktiknya sering kali tidak dibarengi dengan bimbingan memadai. Hal ini mengakibatkan banyak siswa memilih kombinasi mata pelajaran yang saling tidak terhubung, sehingga profil akademik mereka menjadi tidak fokus dan tidak siap untuk seleksi masuk perguruan tinggi, yang sebagian besar masih berbasis jurusan (IPA/IPS).
Ketiga, perlu adanya asesmen minat dan bakat yang komprehensif sebelum penentuan jurusan, agar siswa diarahkan berdasarkan potensi dan kecenderungan yang terukur, bukan semata-mata nilai akademik. secara psikopedagogis, masa remaja adalah periode kritis pembentukan identitas diri dan masa depan.
BACA JUGA:Tiga Desa Dibidik Inspektorat Soal Dana Desa, Pemeriksaan Dugaan Penyalagunaan
Struktur jurusan berfungsi sebagai scaffolding (penopang belajar), membantu remaja membuat keputusan yang lebih realistis tentang karier dan pendidikan lanjutan. Tanpa struktur yang jelas, siswa bisa terombang-ambing dalam pilihan-pilihan yang terlalu luas dan tidak terarah
Keempat, kesempatan review dan perpindahan jurusan harus diberikan, misalnya pada akhir tahun pertama, agar siswa yang merasa tidak cocok dapat melakukan penyesuaian jalur akademik.
Harus diakui bahwa sistem jurusan lama memiliki kekurangan, khususnya dalam hal pemerataan fasilitas dan peluang belajar. Oleh karena itu, langkah revitalisasi jurusan tidak boleh sekadar menghidupkan kembali pola lama, tetapi juga memperbaikinya melalui, (a)Pemerataan sarana pendukung untuk semua jurusan, termasuk laboratorium ekonomi, sosial, geospasial, dan bahasa. (b)Sistem asesmen bakat dan minat berbasis psikometri sebelum penjurusan.
(c)Kesempatan perpindahan lintas jurusan untuk mengakomodasi pertumbuhan minat dan kematangan pilihan siswa.(d) Integrasi konseling karier berbasis data untuk mengarahkan siswa sejak awal.