Hadapi Tantangan di 2025, Bappebti Tegaskan Komitmen Penguatan Industri Perdagangan Berjangka Komoditi
PENGUATAN: Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) berkomitmen memperkuat Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK). IST--
Pembiayaannya pun mencapai Rp1,89 triliun atau naik 199,36 persen dibandingkan dengan 2023 yang hanya sebesar Rp631 miliar.
”Beberapa komoditas SRG yang telah mampu mendorong terjaganya inflasi, antara lain beras, bawang merah, gula, ikan, gabah. Adapun yang mendorong penguatan ekspor nonmigas, antara lain kopi, beras organik, timah, lada, ikan, rumput laut, dan telur ikan terbang,” ungkap Tirta.
Selain itu, pada 2024, nilai transaksi Pasar Lelang Komoditas (PLK) mencapai Rp97,15 miliar atau naik 47,18 persen dibandingkan 2023 yang hanya sebesar Rp66,01 miliar.
”Kinerja SRG dan PLK masih berpotensi untuk dikembangkan. Optimalisasi SRG dan PLK menjadi instrumen penting untuk mendukung swasembada pangan, pengamanan pasar dalam negeri, dan perluasan pasar ekspor, serta tentunya meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan,” imbuh Tirta.
Sedangkan di bidang PBK, total nilai transaksi pada 2024 (national value) mencapai Rp33,21 triliun atau naik 29,34 persen dibandingkan 2023 yang mencapai Rp25,67 triliun.
Komoditas transaksi multilateral dalam transaksi PBK tersebut, antara lain timah, crude palm oil (CPO), emas, kopi, kakao, dan olein.
“Sebagai evaluasi, capaian kinerja PBK tersebut memang masih didominasi transaksi bilateral, sehingga perlu terus didorong penguatan transaksi multilateral berbasis komoditas unggulan Indonesia, seperti CPO, olein, kopi, kakao dan pengembangan komoditas yang berpotensi dalam kontrak berjangka, antara lain nikel, karet, dan renewable energy certificates (RECs),” terang Tirta.
Capaian lainnya adalah perdagangan komoditas pasar fisik emas (secara digital) di bursa berjangka.
Pada 2024, nilai transaksi perdagangan ini mencapai Rp58,3 triliun atau naik 466 persen dibandingkan 2023 yang hanya Rp10,3 triliun.
Sedangkan volume transaksinya mencapai 47,4 ton atau naik 358,3 persen dibandingkan 2023 yang mencapai 10,4 ton.
Hal ini dipicu karena harga emas yang baik pada 2024 dan kesadaran masyarakat yang meningkat untuk bertransaksi emas fisik di bursa berjangka.
“Untuk perdagangan CPO di Bursa CPO Indonesia, volume transaksi untuk CPO futures tercatat 28.613 lot (143.065 metrik ton). Transaksi CPO ini cukup menggembirakan meskipun untuk transaksi fisik masih harus kita dorong optimalisasinya. Kinerja Bursa CPO Indonesia perlu didorong agar transaksi lebih transparan, likuid, dan terpercaya,” jelas Tirta.
Demikian pula untuk perdagangan timah murni batangan ekspor di bursa berjangka, nilai transaksinya memang mengalami penurunan.
Namun, total transaksi timah murni batangan lokal pada 2024 tercatat Rp1,78 triliun atau naik 60,2 persen dibandingkan 2023 yang sebesar Rp1,11 triliun.
Terkait perdagangan aset kripto, total nilai transaksi pada 2024 tercatat Rp650,61 triliun atau naik 335,91 persen dari 2023 yang sebesar Rp149,25 triliun. Jumlah pelanggan aset kripto hingga Desember 2024 mencapai 22,91 juta pelanggan.