Namun dampak lumpuhnya perekonomian akibat pendangkalan alur tersebut, tentunya secara nyata dirasakan oleh masyarakat Pulau Enggano itu sendiri.
Yang terindikasi menjadi daerah terisolir atas tidak adanya akses apapun menuju ke pulau yang secara administrasi bagian dari Kabupaten Bengkulu Utara tersebut.
BACA JUGA:Soroti Kondisi Alur Pelabuhan, Ketua DPD RI Dorong Pelindo MaksimalAtasi Pendangkalan
Salah satu pelaku usaha sekaligus petani pisang Pulau Enggano, Prehadi menerangkan pendangkalan alur tentunya berdampak signifikan pada perputaran perekonomiannya.
Sebab, selama ini ia bergantung pada penjualan hasil panen pisang, jengkol dan lainnya ke Kota Bengkulu.
“Kalau tidak ada kapal yang masuk dan keluar, hasil saya tidak mendapatkan pendapatan, sekarang pisang, jengkol, ikan tidak dapat dijual dan sudah memasuki masa panen yang seharusnya sudah diperjual belikan di Bengkulu,” ungkapnya.
Keadaan menjadi sangat memiriskan dengan berbagai jenis kebutuhan pokok yang ada meningkat secara signifikan akibat stok pangan yang menipis dan besarnya biaya oprasional dengan kapal nelayan.
BACA JUGA:Gunung Tertinggi di Iran! Berikut 5 Fakta Unik Gunung Damavand
“Beras sekarang sudah hampir di atas Rp20 ribu/Kg, minyak goreng Rp25 ribu – Rp30 ribu/liter, LPG 5 Kg sudah Rp250 ribu,” jelasnya.
Kondisi darurat tersebut terjadi akibat dangkalnya alur pelabuhan yang membuat kapal-kapal tidak bisa beroprasi, sementara perekonomian masyarakat Enggano sangat bergantung pada aktivitas kapal.
Selain itu Prehadi menyebutkan ketiga anaknya belum bisa masuk sekolah akibat hal tersebut.
Sementara maskapai penerbangan ke Pulau Enggano tengah kehabisan tiket dan akan bisa kembali didapatkan pada 28 April mendatang.
BACA JUGA:Serius Tangani Peningkatan PAD, Pembayaran PBB Lewat Aplikasi Akan Dapat Hadiah
“Seminggu lagi tetap begini, maka kami akan kelaparan,” terangnya.
Ia berharap Pemprov tidak hanya sekadar menebarkan pencitraan belaka, namun memberikan dampak nyata demi keberlangsungan perekonomian dan penghidupan masyarakat Enggano.