BINTUHAN - Sempat melonjak tinggi di tahun 2024, hingga bulan Maret 2025 Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaur mencatat hanya ada 3 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terjadi di kabupaten ini.
Meskipun kasus sangat sedikit, namun Dinkes Kaur tetap mewanti-wanti kasus kembali melonjak seperti yang terjadi di tahun lalu. Untuk itu, setiap puskesmas diminta untuk terus menggaungkan kepada masyarakat supaya waspada terhadap penyakit DBD.
Salah satunya meminta masyarakat setempat terus menerapkan 3M, yakni Menguras, Menutup, Mengubur. Sebab ini adalah salah satu program langsung dari Kementerian Kesehatan untuk melakukan penanganan kasus DBD.
BACA JUGA:Bupati Seluma Minta 4 Poin Harus Dilaksanakan Manajemen RSUD Tais
BACA JUGA:Dinkes Bengkulu Selatan dan BPOM Periksa Takjil, Pastikan Aman Dikonsumsi Masyarakat
"Sampai dengan bulan Maret, kasus DBD memang cukup landai jika dibandingkan tahun lalu. Namun kita tetap waspada terutama gencar dalam melakukan pencegahan," kata Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Menular (P2M) H. Sapuan Ilyas, SKM, M.AP.
Sapuan mengungkapkan, tahun 2024 lalu Dinkes Kaur mencatat ada sebanyak 166 kasus DBD. Jumlah tersebut jauh meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2023, dimana Dinkes Kaur hanya mencatat 23 kasus DBD yang terjadi di Kaur.
Faktor utama meningkatnya jumlah kasus DBD di tahun 2024 lalu jelas karena cuaca hujan sehingga membuat banyak genangan air yang menjadi tempat nyamuk penyebab DBD berkembang biak.
BACA JUGA:Usai Ayah Tiri, Kini Kakek Tiri di Bengkulu Utara Dilaporkan Cabuli Cucu
BACA JUGA:Untuk Mobil Dinas Dewan, Bupati dan Wabup, Segini Anggaran yang Digelontorkan Pemkab Kaur
"Kita terus berikan imbauan, kalau ada genangan air itu dibuang. Itu adalah wadah bagi nyamuk penular DBD berkembang biak," jelas Sapuan.
Sementara itu, Sapuan menjelaskan imbas dari efisiensi anggaran dana untuk penanganan DBD di tahun ini bakal dipangkas dari yang sebelumnya sebesar Rp30 juta. Padahal anggaran tersebut digunakan untuk kegiatan Penyelidikan Epidemiologi yang di tahun 2024 lalu tidak dilakukan dengan begitu maksimal.
"Untuk anggaran penanganan DBD sampai dengan saat ini belum diketahui berapa sebab ada pemangkasan," jelas Sapuan.