Pernah Bertugas di Bengkulu, Ini Profil Hakim Agung Prof. Yanto, Dikenal Jago Dalang dan Membuat Lagu

Hakim Agung Yanto yang dikenal jago dalang dan hobi membuat lagu ini ternyata pernah bertugas di Pengadilan Bengkulu dan Bengkulu Selatan --Istimewa

Meski sering bolos sekolah, Dr. Yanto bisa menunjukkan prestasinya di bidang olah raga, terbukti ia sering menjuarai berbagai turnamen olah raga, dua di antaranya yaitu bola voli dan bulu tangkis.

Makanya tidak salah jika cita-citanya adalah menjadi guru olah raga. Selain itu ia terinspirasi oleh Pak Muhadi, guru olah raganya yang selalu terlihat gagah. Untuk itu, sebelum berkuliah di Fakultas Hukum, Dr. Yanto yang sangat ingin menjadi Guru Olah Raga memiliki keinginan kuat untuk mendaftar kuliah di IKIP Karang Malang, namun karena pendaftarnya sangat banyak sehingga menimbulkan antri yang panjang hingga berhari-hari, Dr. Yanto membatalkan niatnya dan kemudian mendaftar kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Sarjanawiyata, Yogyakarta.

Asal muasal Dr. Yanto kemudian kuliah di Fakultas Hukum adalah karena terinspirasi oleh kakak dari kawannya yang banyak bercerita tentang ilmu huku. Dari situlah, kemudian Dr. Yanto mendaftar kuliah di Janabadra dan melepaskan statusnya sebagai mahasiswa Universitas Sarjanawiyata. 

BACA JUGA:Apakah Kecerdasan Anak Diwariskan dari Ibu? Berikut 3 Jawaban Ilmuwan

BACA JUGA:Biaya Replanting Kelapa Sawit Bengkulu Selatan di 2025 Naik Menjadi Rp 60 Juta

Dr. Yanto yang saat ini diberi amanah sebagai Juru Bicara Mahkamah Agung tidak pernah terfikir bisa menjadi seorang hakim. Ia yang berasal dari keluarga pedagang, sebelum menjadi hakim sempat menjadi editor di sebuah percetakan.

Hingga kemudian, seorang temannya yang Bernama Joko Sutrisno mengajaknya dan membujuknya untuk mendaftar jadi calon hakim. Ia pun terbujuk mendaftar dan lulus.  

PERJALANAN MENJADI HAKIM

Berkat ajakan Joko Sutrisno, Dr. Yanto lulus seleksi calon Hakim di Pengadilan Negeri (PN) Pekalongan. Lalu ia mendapatkan penugasan awal di PN Manna, Bengkulu Selatan. Dr. Yanto yang saat itu masih bujangan berangkat seorang diri menggunakan bus Putra Raflesia.

Ia Berangkat dari Jakarta jam 10 pagi sampai Bengkulu ke esokan paginya lagi. Sesampainya di PN, ia langsung lapor Ketua Pengadilan.

Namun, ternyata ia tidak betah di sana, karena kotanya sepi dan tidak ada sanak saudara yang dikenalnya. Tanpa panjang fikir, pada hari itu juga ia memutuskan pulang lagi ke Pekalongan. Ia berkesimpulan tidak apa-apa tidak jadi hakim kalau tempat penugasannya seperti itu.

Ia saat itu berfikir, ia akan memilih jadi pegawai saja. Lalu ia pun kembali ke PN Pekalongan. Dan, keadaan seperti itu berjalan kurang lebih tiga bulan.

BACA JUGA:Beragam Pilihan Kurma, Sambut Ramadan Bersama Mukarromah

BACA JUGA:Program Dizsco Bank Bengkulu Disambut Baik, Ratusan Pelajar Sudah Gabung

Tiba-tiba di suatu hari, panitera PN Pekalongan menghampirinya dan menyampaikan bahwa betapa susahnya orang lain mau jadi hakim.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan