Dewan Provinsi Bengkulu Sorot PT ABS, Belum Punya HGU Tapi Beroperasi

Lahan PT Agro Bengkulu Selatan (ABS) yang sedang mendapat sorotan dewan karena bermasalah HGU.--rio agustian/rb

Selanjutnya dirinya bersama anggota DPRD Provinsi Bengkulu dapil 7 akan meneruskan informasi ke pimpinan lembaga DPRD Provinsi Bengkulu, maupun dirinya sebagai kader Gerindra akan melaporkan ke pimpinan partai masing-masing. “Kita akan mengawal total yang berhubungan degan perkebunan, pertanian termasuk kelautan,” ujarnya.

Secara terpisah, polemik lahan perkebunan kelapa sawit di Bengkulu Selatan kini semakin menjadi. Khususnya di lahan PT ABS di Kecamatan Pino Raya.

BACA JUGA:Lebih 60 Hektare Sawah di Bengkulu Utara Alih Fungsi, Jumlah Pupuk Subsidi Berkurang

BACA JUGA: GBD dan Tenaga Non-ASN di Bengkulu Utara Wajib Tetap Bekerja Sebelum Diangkat PPPK dan PPK Paruh Waktu

Lantaran ditelantarkan oleh pihak perusahaan, kini lahan PT ABS hampir 2 ribuan hektare tersebut mulai digarap oleh masyarakat. Lahan-lahan yang tidak dimanfaatkan tersebut mulai ditanami pisang, singkong dan lainnya oleh warga.

Ketua Forum Masyarakat Pino Raya (FMPR), Rusli menyebut lahan yang telah dikelola warga mencapai 250 hektare lebih.

Perkebunan PT ABS tersebut berlokasi di beberapa desa di Kecamatan Pino Raya dan Kecamatan Ulu Manna, antara lain Desa Suka Bandung, Pagar Gading, Kemang Seri, Cinto Mandi, Karang Cayo, Tanjung Aur, dan Bandar Agung.

Lahan perkebunan tersebut terbagi dalam dua lokasi, dengan sebagian diklaim telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mencari penghidupan.

BACA JUGA:E-Katalog Versi 6 Segera Diterapkan, Pelaku Usaha Diminta Segera Mendaftar

BACA JUGA:Warga Minta Izin Tambang Batu Bara PT RSM di Bengkulu Tengah Tidak Diperpanjang

"Awalnya lahan ini terbengkalai, tidak terurus, dan sudah dipenuhi semak belukar serta tumbuhan kekacang. Karena itu, masyarakat datang membuka lahan dan menanam tanaman pangan," ujar Rusli

Lebih lanjut, Rusli menjelaskan bahwa sekitar 150 anggota FMPR saat ini mengelola lahan tersebut. Sebagian besar lahan yang digarap merupakan lahan kosong, tetapi ada juga yang masih terdapat batang sawit.

"Sawit yang sudah tidak terawat akhirnya dibersihkan oleh masyarakat. Sementara buah sawit yang masih tersisa diambil oleh warga sebagai upah atas kerja mereka membersihkan lahan," tambahnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan