Musim Kemarau 2025 Lebih Pendek, BMKG Sebut Potensi Risiko Tetap Ada, Puncak Kemarau Juni-Agustus

Sabtu 19 Apr 2025 - 11:09 WIB
Reporter : Sumarlin
Editor : Sumarlin

KORANRB.ID – Awal musim kemarau tahun 2025 yang mulai terjadi sejak April akan berlangsung secara bertahap di berbagai wilayah Indonesia.

BMKG memprediksikan awal musim kemarau 2025 ini akan berlangsung lebih singkat dari biasanya. Prediksi tersebut berdasarkan pemantauan dan analisis dinamika iklim global dan regional yang dilakukan BMKG hingga pertengahan April 2025.

“Awal musim kemarau di Indonesia diprediksi tidak terjadi secara serempak. Pada bulan April 2025, sebanyak 115 Zona Musim (ZOM) akan memasuki musim kemarau,” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dilansir dari laman bmkg.go.id.

Dijelaskannya, jumlah ini akan meningkat pada Mei dan Juni, seiring meluasnya wilayah yang terdampak, termasuk sebagian besar wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua.

Dwikorita mengatakan fenomena iklim global seperti El Nino-Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) saat ini berada dalam fase netral.

BACA JUGA:Ketua DPRD Bengkulu Tengah Pertanyakan Legalitas PT RAA, Beroperasi Sejak 2008 Tidak Memiliki HGU

BACA JUGA:Objek Wisata Ramai Pengunjung, Retribusi Pariwisata di Lebong Masih Nol

Hal ini menandakan tidak adanya gangguan iklim besar dari Samudra Pasifik maupun Samudra Hindia hingga semester II tahun 2025. 

Meski demikian, suhu muka laut di wilayah Indonesia cenderung lebih hangat dari normal dan diperkirakan bertahan hingga September, yang dapat memengaruhi cuaca lokal di Indonesia.

Dwikorita juga mengungkapkan puncak musim kemarau akan terjadi pada Juni hingga Agustus 2025, dengan wilayah-wilayah seperti Jawa bagian tengah hingga timur, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku diperkirakan mengalami puncak kekeringan pada Agustus.

Terkait sifat musim kemarau 2025, sekitar 60% wilayah diprediksi mengalami kemarau dengan sifat normal, 26% wilayah mengalami kemarau lebih basah dari normal, dan 14% wilayah lainnya lebih kering dari biasanya.

Menurutnya, durasi kemarau diprediksi lebih pendek dari biasanya di sebagian besar wilayah, meskipun terdapat 26% wilayah yang akan mengalami musim kemarau lebih panjang, terutama di sebagian Sumatera dan Kalimantan.

BACA JUGA:Tergabung di Kloter 3, Ini Jadwal Keberangkatan CJH Kepahiang 2025, 1 Sakit

BACA JUGA:Mobil Cawabup Nomor Urut 2 Dihadang Puluhan Orang, Sopir Lapor Polisi

Sebagai bentuk mitigasi terhadap risiko musim kemarau, Dwikorita juga menerangkan sejumlah rekomendasi penting bagi sejumlah sektor vital. 

Kategori :