KORANRB.ID - Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Bengkulu Selatan mencatat terjadi peningkatan jumlah Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Kabupaten Bengkulu Selatan.
Salah satu penyebab utamanya adalah penyalahgunaan obat batuk jenis Samcodin dan Komik.
Kepala Dinas Sosial Bengkulu Selatan, Efredi Gunawan mengungkapkan sepanjang tahun 2024 lalu, pihaknya telah merujuk setidaknya 200 ODGJ ke Rumah Sakit Khusus Jiwa (RSKJ) Soeprapto Provinsi Bengkulu untuk mendapatkan perawatan.
Angka ini menunjukkan bahwa kasus gangguan jiwa di wilayah Bengkulu Selatan cukup mengkhawatirkan dan perlu mendapat perhatian serius.
Beberapa faktor penyebab meningkatnya ODGJ tersebut yakni, ada ODGJ dari luar daerah yang sengaja dilepas di wilayah kabupaten ini, ada penderita gangguan jiwa tahunan yang kondisinya semakin memburuk. Dan, penyebabnya lainnya yang paling memprihatinkan, yakni warga yang mengalami gangguan akibat penyalahgunaan obat-obatan seperti Samcodin dan Komik.
BACA JUGA:Akhir Masa Jabatan Gusnan-Rifai, Infrastruktur Masih Banyak Rusak
BACA JUGA:Awasi Harga dan Ketersediaan Bapok di Pasar Tradisional, Pastikan Harga Stabil Selama Ramadan
"Obat-obatan Samcodin dan Komik memiliki dampak lebih parah dibandingkan narkotika jenis sabu," kata Efredy.
Ia menambahkan, berdasarkan koordinasi dengan sejumlah dokter, efek dari penggunaan Samcodin dan Komik secara berlebihan memang membuat kondisi kejiwaan penggunanya terganggu. Bahkan lebih berbahaya dibandingkan penyalahgunaan narkotika jenis sabu.
"Faktanya, gangguan yang ditimbulkan dari penyalahgunaan dua obat ini bisa lebih parah daripada sabu. Banyak pasien yang mengalami halusinasi berat, perilaku agresif, hingga kehilangan kesadaran diri dalam jangka panjang," bebernya.
Menurut Efredy, Samcodin dan Komik mengandung Dextromethorphan, zat yang dalam dosis kecil berfungsi sebagai penekan batuk. Namun, jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan, zat ini bisa menyebabkan efek samping yang berbahaya, termasuk halusinasi, euforia berlebihan, gangguan persepsi, dan bahkan psikosis permanen.
"Ini yang sering tidak disadari oleh masyarakat, terutama anak muda. Mereka mengonsumsi obat-obatan ini secara sembarangan untuk mencari sensasi tertentu, tanpa mengetahui bahwa efek jangka panjangnya bisa sangat fatal bagi kesehatan mental," katanya.
Fenomena ini tidak hanya terjadi di Bengkulu Selatan, tetapi juga di beberapa daerah lain di Indonesia. Namun, Efredy menegaskan bahwa pihaknya berusaha untuk melakukan langkah pencegahan dan penanganan secara lebih serius, mengingat dampaknya yang semakin meluas.
BACA JUGA:Polda Bengkulu Lakukan Mutasi, Kasat Lantas Rejang Lebong Berganti