KORANRB.ID – Rencana Pemkab Bengkulu Selatan untuk program swasembada pangan guna meningkatkan produksi pangan dalam negeri tahun 2025 mengalami kendala. Salah satu permasalahannya adalah kekeringan berkepanjangan yang melanda lahan persawahan di sejumlah wilayah Bengkulu Selatan.
Ditambah lagi kondisi diperparah oleh kerusakan saluran irigasi yang berfungsi sebagai sumber utama pengairan sawah. Padahal program swasembada pangan yang telah dicanangkan Pemkab Bengkulu Selatan siap diterapkan di berbagai kecamatan dengan harapan meningkatkan ketahanan pangan lokal.
Kepala Dinas Pertanian Bengkulu Selatan, Sakimin mengatakan, saat ini petani Bengkulu Selatan menghadapi tantangan besar akibat minimnya pasokan air dilahan persawahan. Lahan petani mengalami kekeringan dan menyebabkan hasil panen menurun dan mengancam program swasembada pangan.
Untuk mengatasi permasalahan ini, Dinas Pertanian Bengkulu Selatan menekankan agar masalah irigasi yang menjadi faktor utama yang harus segera ditangani. Dan, kewenangan terkait perbaikan saluran irigasi berada di tingkat nasional, bukan di bawah kendali Dinas Pertanian daerah.
BACA JUGA:Kejari Lebong Gandeng BPKP, Audit KN Korupsi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan
BACA JUGA:Sudah 2 Minggu Usai Musyawarah, Kades Penyangga Akui Baru Sedikit Respon dari PT. SSL
“Wewenang irigasi sebenarnya bukan dari Dinas Pertanian, tapi itu untuk level nasional. Kegiatan irigasi ini nantinya kalau bisa akan kita sampaikan ke Jakarta," kata Sakimin.
Sakimin mengungkapkan bahwa beberapa wilayah yang mengalami dampak paling parah dari kerusakan irigasi adalah Kecamatan Kedurang dan Kecamatan Pino, terutama di Desa Ganjuh. Kerusakan terbesar terjadi pada Irigasi Selebang di wilayah Kecamatan Kedurang dan saluran irigasi di wilayah Ganjuh.
Untuk mengatasi masalah ini, pihaknya tengah mengkaji kemungkinan pembangunan bendungan di Sungai Kedurang dan sungai di Desa Ganjuh guna menjamin ketersediaan air bagi lahan pertanian.
"Kami melihat ada potensi untuk pembangunan bendungan di beberapa titik strategis, seperti Sungai Kedurang dan sungai di Desa Ganjuh. Jika ini bisa direalisasikan, maka diharapkan dapat mengatasi permasalahan kekeringan yang selama ini menghambat produktivitas pertanian," jelasnya.
BACA JUGA:BPK dan Inspektorat Provinsi Lakukan Audit, Sekda Minta OPD Siapkan Dokumen
BACA JUGA:Pelaksanaan MBG di Rejang Lebong Masih Menunggu Arahan BGN
Di sisi lain, kekeringan yang berkepanjangan telah mendorong sebagian petani untuk melakukan alih fungsi lahan. Di beberapa daerah, sawah yang biasanya digunakan untuk menanam padi kini beralih ke tanaman jagung yang lebih tahan terhadap kondisi kering.
"Diimbau kepada seluruh masyarakat yang mempunyai lahan sawah dengan ketersediaan air yang cukup untuk tidak melakukan alih fungsi lahan dari padi ke jagung. Walaupun di Kedurang Ilir sudah ada petani yang beralih ke jagung karena kekeringan, hal ini sebaiknya hanya bersifat sementara," tutupnya.
Dengan kondisi ini, upaya perbaikan saluran irigasi menjadi kunci utama dalam mengatasi kendala yang dihadapi program swasembada pangan di Bengkulu Selatan.