“Kita juga memantau stok di penyalur termasuk jumlah petani yang sudah dan belum menebus, sehingga petani bisa memasuki musim tanam pertama tahun ini,” terangnya.
BACA JUGA:Gaji PPPK Paruh Waktu di Mukomuko Gunakan Dana BTT, Kalau Tidak Cukup? Ini Kata Sekda
BACA JUGA:Aliran Dugaan Korupsi Setwan Kepahiang Mengalir Kemana-mana
Sebagai informasi tambahan, Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Peternakan (TPHP) Bengkulu Utara mendapatkan program 1.000 hektare cetak sawah baru di Kecamatan Enggano.
Enggano bukan hanya kecamatan terluar di Provinsi Bengkulu, namun juga terdaftar sebagai pulau terluar Indonesia.
Kepala Dinas TPHP Bengkulu Utara, Abdul Hadi, SP menerangkan dalam program 1.000 hektare cetak sawah baru di Kecamatan Enggano ini, terbagi 750 hektare di Desa Banjar Sari dan 250 hektare di Desa Kahyapu.
“Program ini sangat penting dan menjadi salah satu program unggulan kita di Kecamatan Enggano,” ujarnya.
Menurut Abdul Hadi Ia menerangkan jika selama ini untuk pasokan pangan Kecamatan Enggano dipasok melalui Kota Bengkulu.
Hal ini membuat kondisi pangan terutama beras di Enggano sangat tergantung dengan konidsi cuaca.
“Saat konidsi cuaca buruk dan pelayaran terganggu, maka masyarakat resah karena harga bahan pokok terutama beras meninggi,” terangnya.
Dengan dibuatnya cetak sawah 1.000 hektare tersebut diharapkan bisa menbjadi lumbung pangan terutama untuk Kecamatan Enggano.
Bahkan jika panen raya berhasil maka 1.000 hektare sawah tersbeut akan menghasilkan lebih dari kebutuhan amsyarakat dan bisa dijual atau disimpan ketika musim kering.
“Sehingga masyarakat Enggano tidak lagi perlu membawa beras yang tentunya dengan harga tinggi untuk konsumsi,” sebutnya.
Namun diakui Abdul Hadi ada kendala dalam pelaksanaan program cetak 1.000 hektare sawah baru tersebut.
Ini terkait akses jalan menuju 2 desa yang direncanakan menjadi lokasi cetak sawah baru.
“Maka kita berkoordinasi dengan pimpinan dan meminta adanya perbaikan akses jalan ke 2 desa yang dipilih untuk 1.000 hektare cetak sawah baru.