KORANRB.ID – Pasca rilis hasil sampling dan pengujian terhadap produk kosmetik di peredaran, Balai Pengawas Obat dan Makan (BPOM) Provinsi Bengkulu telah melakukan Inspeksi Mendadak (Sidak) ke beberapa daerah.
Hal tersebut disampaikan Kepala BPOM Bengkulu, Yogi Abaso Mataram, S.Si, Apt.
Ia mengatakan Sidak ke beberapa daerah di Provinsi Bengkulu menindaklanjuti hasil temuan BPOM RI selama periode November 2023 hingga Oktober 2024.
Pasalnya, BPOM melakukan sampling dan pengujian terhadap produk kosmetik di peredaran termasuk media online.
BACA JUGA:BKD Tunggu Salinan Putusan Oknum Guru yang Divonis 78 Bulan Penjara
BACA JUGA: Gedung Baru Perpustakaan Kota Bengkulu Akan Dibangun 2026 Mendatang
Bedasarkan hasil sampling dan pengujian, Kepala BPOM Taruna Ikrar mengumumkan bahwa sebanyak 55 produk kosmetik ditemukan mengandung bahan dilarang dan/atau bahan berbahaya.
Temuan tersebut terdiri dari 35 produk kosmetik yang dibuat berdasarkan kontrak produksi, 6 produk kosmetik yang diproduksi dan diedarkan oleh industri kosmetik dan 14 produk kosmetik impor.
“Setelah rilis itu kita sudah pasti melakukan Sidak karena sudah menjadi bagian dari rutinitas yang kami lakukan. Dan hasilnya ada di beberapa daerah di Bengkulu, namun tidak dengan jumlah yang besar-besaran,” ungkap Yogi.
BACA JUGA: 2025 Mendatang, Setiap Kecamatan di Kota Bengkulu Akan Miliki Sekolah Lansia
BACA JUGA:Ops Lilin, Polres Seluma Siaga Personel Gabungan di 3 Pospam
Terhadap temuan yang didapati BPOM Bengkulu hanya dilakukan pembinaan dan surat teguran kepada penjual.
Yogi menerangkan, dari hasil Sidak yang dilakukan, BPOM Bengkulu menemukan beberapa produk berbahan berbahaya masuk ke beberapa daerah di Provinsi Bengkulu, namun jumlahnya tidak dengan skala yang banyak dan secara masif.
Yogi menyebutkan proses masuk kosmetik berbahan berbahaya tersebut dilakukan dengan sistem Multi Level Marketing (MLM) atau sistem berjenjang yang memiliki jaringan, namun untuk di Bengkulu sendiri skalanya cukup kecil.
“Karena kita tahu sendiri, Bengkulu ini bukan kota besar dan juga tidak termasuk distribusi yang besar jadi memang bukan tujuan pasar utama,” ungkap Yogi.