Selain itu, interaksi antara berbagai spesies hewan di pasar satwa liar bisa menciptakan kondisi yang ideal untuk penularan penyakit zoonosis.
Pasar satwa liar sering kali menjadi tempat di mana berbagai hewan, termasuk yang mungkin terinfeksi, dijual dan di perjualbelikan
2. Potensi pandemik
BACA JUGA:Makanan Tergantung Musim! Berikut 6 Fakta Unik Sable, Mamalia Kecil yang Hidup di Permukaan Tanah
Dikutip dari laman Eco Health Alliance, konsumsi tenggiling dan satwa liar lainnya menjadi perhatian serius selama pandemi COVID-19.
Dimana, penelitian yang menunjukkan kemungkinan penularan virus dari kelelawar ke tenggiling, dan kemudian ke manusia.
Hal inilah yang menyoroti risiko kesehatan yang signifikan terkait dengan perdagangan dan konsumsi satwa liar.
Adapun pasar-pasar yang memperjualbelikan hewan dalam kondisi sanitasi yang buruk menjadi tempat yang ideal bagi penyebaran penyakit zoonosis, yang dapat menular ke manusia dan menyebabkan wabah penyakit.
Kondisi ini menekankan pentingnya pengawasan yang lebih ketat terhadap perdagangan satwa liar.
Upaya untuk melarang perdagangan satwa liar tidak hanya penting untuk melindungi spesies yang terancam punah, tetapi juga untuk melindungi kesehatan masyarakat global.
BACA JUGA:Mamalia Herbivora! Berikut 5 Fakta Unik Dugong, Bisa Hidup Puluhan Tahun
Selain itu, pandemi COVID-19 juga mengingatkan kita akan dampak serius dari interaksi manusia yang tidak terkendali dengan satwa liar.
3. Ancaman terhadap keanekaragaman hayati
Diukutip dari laman Eco Health Alliance, konsumsi tenggiling berperan pada penurunan populasinya dan mengancam keanekaragaman hayati.
Semua delapan spesies tenggiling di dunia terancam punah akibat perburuan liar dan hilangnya habitatnya.
Selain itu, permintaan akan daging dan sisik tenggiling yang memicu perdagangan ilegal.