KORANRB.ID – Penyebaran jembrana yang menyerang ternak awal Februari 2025 mulai menurun.
Berdasarkan data Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bengkulu terakhir, sebanyak 54 sapi yang telah terinfeksi, tidak ada kematian yang dilaporkan.
Hal tersebut disampaikan Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan DKPP Kota Bengkulu, Drh. Henny Kusuma Dewi.
“Pada bulan Februari ini kasus Jembrana sudah menurun dan akan selalu dilakukan perawatan,” sampainya kepada RB, Jumat 14 Februari 2025.
BACA JUGA:HNSI Bengkulu Minta Kuota BBM Ditambah, Adhar: Paling Tidak Satu SPBN 200 KL
BACA JUGA:282 Peserta Tak Lulus Bisa Ajukan Sanggahan Hasil Seleksi Administrasi PPPK Tahap II
Henny menyampaikan sampai dengan akhir Januari jumlah kematian hewan ternak yang ada di Kawasan Ternak Bangkahan sudah meningkat menjadi 13 ekor dalam 2 bulan terakhir yakni Desember 2024 hingga Januari 2025 lalu.
“Untuk saat ini penyebaran Jembrana sudah kita tekan dengan membatasi kontak dengan sapi yang belum terinfeksi,” katanya.
Kemudian peternak juga diingatkan kembali bahwa penyakit jembrana lebih berbahaya dari pada Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Karena tingkat menyebabkan kematian yang tinggi dan penularannya juga sangat cepat dan untuk pembelian sapi yang dari luar Kota Bengkulu itu harus dilakukan karantina terlebih dahulu.
BACA JUGA:HIPMI Expo 2025 Tingkatkan Jaringan Bisnis Pelaku UMKM
BACA JUGA:Dewan Minta Maaf, Efisiensi Anggaran Berimbas ke Pembangunan Infrastruktur Sekolah
“Untuk yang bisa dilakukan agar penyebarannya bisa ditanggulangi dengan dilakukannya pengobatan dan kontrol vektor penyakit (lalat),” ujarnya.
Kemudian Henny juga menyampaikan bahwa penurunan penyebaran jembrana ini tidak dilakukan dengan vaksinasi.
“Karena hanya terinfeksi dan bisa dilakukan dengan perawatan seperti memberi obat, ditambah lagi harga dari vaksin untuk penyakit Jembrana tersebut sedikit mahal yaitu sekitar Rp1 juta untuk satu botol vaksin,” ucapnya.