Hal ini khususnya pada burung kenari.
Dimana, gen BCO2 berfungsi menghasilkan enzim yang memecah beta karoten, pigmen yang memberikan warna merah.
Burung jantan memiliki tingkat ekspresi BCO2 yang lebih rendah, sehingga burung ini bisa mempertahankan lebih banyak beta karoten dan menghasilkan bulu merah yang lebih mencolok.
BACA JUGA:Bisa Mencerna Makanan Beracun! Berikut 5 Fakta Unik Burung Colombian Chachalaca
Sebaliknya, burung betina dengan ekspresi BCO2 yang lebih tinggi memecah lebih banyak beta karoten, yang mengakibatkan warna bulu yang lebih kusam.
Penelitian tersebut juga menemukan bahwa estrogen bisa mempengaruhi ekspresi gen BCO2, menambah kompleksitas dalam hubungan antara hormon dan pewarnaan bulu.
Walaupun gen BCO2 memiliki peran signifikan dalam beberapa spesies, variasi perannya di antara burung yang berbeda.
Hal ini menunjukkan bahwa faktor genetik dan lingkungan lainnya juga berperan pada dimorfisme seksual dalam pewarnaan.
BACA JUGA:Ada di Indonesia! Berikut 5 Fakta Unik Burung Cangak Merah, Mampu Membuat Sarang Berukuran Besar
Dimana, temuan ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana faktor genetik dan hormonal dapat mempengaruhi penampilan fisik hewan.
Selain itu, pentingnya mempertimbangkan konteks spesies dalam studi dimorfisme seksual.
2. Seleksi seksual
Dikutip dari laman Animalia, dalam banyak spesies burung, warna bulu yang cerah dan fitur-fitur mencolok berfungsi sebagai sinyal kesehatan dan kebugaran genetik.
BACA JUGA:Punya Corak Warna yang Mempesona! Berikut 5 Jenis Burung Raja Udang Tercantik
Hal ini adalah bagian dari proses evolusi yang dikenal sebagai seleksi seksual, di mana individu-individu yang memiliki karakteristik menarik lebih mungkin untuk menarik pasangan dan berhasil dalam reproduksinya.
Dalam spesies poligami, di mana satu jantan dapat mengawini beberapa betina, persaingan antar jantan menjadi lebih intens.