Aksi Pencurian Kopi Merah Marak, Perda Larangan Jual Beli Kopi Basah Dipertanyakan

KEPAHIANG, KORANRB.ID - Maraknya aksi pencurian kopi basah atau kopi merah di Kabupaten Kepahiang belakangan ini, semakin bikin resah petani.

Seperti yang baru saja terjadi di lahan perkebunan Desa Karang Endah Kecamatan Kepahiang akhir pekan lalu. 

Seorang pencuri kopi tertembak senapan angin pemilik kebun, saat sedang melakukan aksinya melakukan pencurian biji kopi. 

Sejatinya, aksi pencurian biji kopi basah atau kopi merah ini sendiri dapat diminimalisir.

BACA JUGA:Ungkap Aliran Tipikor DD Suro Bali Rp495 Juta, JPU Kejari Kepahiang Hadirkan 2 Ahli

Pemkab Kepahiang sudah memiliki payung hukum berupa Perda Nomor 12 Tahun 2020, sebagai pengganti Perda Nomor 2 Tahun 2007. 

Di dalamnya, telah mengatur larangan terhadap aktivitas jual beli kopi merah ini berikut sanksi yang harus dijalani bagi pelaku. 

Baik penjual, maupun penampung biji kopi merah sama-sama bisa terkena sanksi pidana selama 6 bulan atau sanksi denda mencapai Rp5 juta. Sayangnya, Perda tak berjalan efektif. 

Sosialisasi minim, ini terlihat dari banyak masyarakat khususnya petani justru belum mengetahui adanya aturan tersebut. 

BACA JUGA: Harga TBS Kelapa Sawit Tak Kunjung Naik di Bengkulu Utara, Ini Kata Dinas Perkebunan

Imbasnya, di lapangan masih banyak di desa-desa melakukan aksi jual beli biji kopi basah baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. 

Apalagi dengan perkembangan harga kopi terkini, yang cenderung stabil di angka Rp70 ribu per Kg ikut menjadi pemicu maraknya aksi pencurian biji kopi. 

"Yang menampung banyak di desa. Mau jual biji kopi basah walaupun hanya 1 cupak  atau 1,5 Kg ada yang mau beli," beber Reno, salah satu petani kopi di Kelurahan Dusun Kepahiang. 

Tak heran jika kemudian, disaat seperti memasuki musim panen para petani terpaksa rela menginap di kebun karena khawatir biji kopi yang siap dipetik keduluan dicuri.