Kondisi itupun berdampak langsung terhadap pendapatan sopir angkot.
Biasanya 1 hari bisa menghasilkan keuntungan Rp100 ribu sampai Rp85 ribu, sekarang hanya mendapatkan keuntungan Rp50 ribu sampai Rp70 ribu saja.
‘’Biasanya dari keuntungan sehari kita menyisihkan untuk biaya perwatan mobil, namun sekarang cuma untuk modal biaya dapur saja,’’ ucapnya.
Kenaikan BBM ini juga berdampak ke perawatan mobil yang dibawa setiap harinya, biasanya diganti oli per 2 bulan sekali, sekarang sampai 3 sampai 5 bulan sekali.
BACA JUGA:Dinas Dikbud Segera Tentukan Tempat Tugas PPPK Tenaga Guru
‘’Harapan saya agar pihak yang terkait lebih mempertimbangkan dan mendengarkan lagi suara dari rakyatnya, agar tidak terus menaikan BBM,’’ ungkapnya.
Sementara itu salah satu penumpang angkot, Iis Nurlela (37), mengatakan bahwa sekarang sudah jarang sekali ada angkot yang bisa dia temui didekat rumahnya.
“Mungkin karena sudah banyak angkutan online ya bang, jadi Angkot yang selama ini sering saya temui menjadi kalah saing,” ucapnya.
BACA JUGA:Jelang Pelantikan Bupati Seluma, Pemkab Diundang Pemprov Bengkulu
Iis Nurlela lebih memilih angkot untuk transportasinya dikarenakan ongkosnya lebih murah dari angkutan online di Bengkulu ini.
“Bagaimana bang saya ini tidak bisa bawa motor apa lagi mobil.
Solusinya ya angkot untuk pulang bawa barang belanjaan dari pasar,” tutupnya.